30.4.07

Kanibalisme Kontemporer

Mendengar istilah perang, perang, perang, dan perang membuat hati saya miris. Tak dapat membayangkan, berapa liter darah jelata yang menjadi korban. Sungguh tragis. Mereka hanya meninggal sia-sia hanya karena sebuah ambisi buta. Ambisi untuk menjadi penguasa, ambisi dari segelintir umat yang mengaku berperadaban modern. Bukan, bukan peradaban, kadang hati saya berontak. Mereka adalah manusia-manusia KANIBAL.

Dengan dalih pembebasan, moncong senjata pun teracung, roket-roket dengan liar memanggang daging manusia. Pergi ke manakah nurani kita?. Heran. Seperti itukah manusia? Ketika ada sekelompok suku primitif yang memakan mayat kelompok mereka kita sebut mereka manusia kanibal. Dan ternyata bangsa kita, manusia yang mengaku modern, justru lebih bejat dari mereka. Lihat saja, bagaimana dalam perang dengan mudahnya daging-daging saudara sendiri, anak adam, mereka cincang. Membakar sate dengan metode baru, pembantaian perang. Begitukah? Na'udzubillah.

Sebuah media menyebutkan seorang perdana menteri mengaku menang perang melawan "ekstrimis" setelah melakukan pertempuran selama beberapa bulan, padahal dalam perang tersebut 1000 jiwa telah dikorbankan, bahkan dalam pertempuran terakhir ia telah menyebabkan tewasnya 300 penduduk sipil. Kemenangan yang mana yang ia maksudkan? Jumlah seribu manusia yang telah meninggal bukanlah seberapa baginya. Dari mana ia akan menebusnya kelak?

Sebagai gambaran berikut adalah data statistik korban masyarakat irak sejak invasi militer AS.

Total korban : 658.930
Pasukan asing : 3.468
Rata-rata setiap hari : 451 orang tewa
Rata-rata per jam : 18 orang tewas

Bandingkan dengan korban perang vietnam yang dikobarkan AS dengan jumlah 58.000 prajurit AS mati sia-sia, belum termasuk warga sipil.

Jelas sekali, dunia ini seakan telah berlaku hukum rimba. Parahnya, semuanya berlomba-lomba berebut untuk menjadi raja hutan. Masyarakat kecil? terhimpit, terhimpit, dan mati.

Peran Palang Merah Dunia dan Bulan Sabit Merah pun nampaknya hanya menjadi hiasan. Ya sekali lagi sekedar hiasan. Di mana ada perang, mereka pun diterjunkan. Hiasan. Saya malah ingin mengibaratkannya tahi sapi dengan hiasan coklat. Yah jadinya semuanya sama saja. Jasa baik si PMI dan BSM pun terkubur bersama kegelapan yang dinamakan perang.

Ya, Allah apakah bumi, langit, dan matahari tidak menangis mengiba-ngiba meminta agar kiamat segera diturunkan karena ulah mereka?


By: Labib Fayumi
Ftif-ITS

Catatan kaki :
- BBC, 26 April
- http://www.fajar.co.id/news.php?newsid=34117
- Wikipedia, perang irak

26.4.07

Industri Kapal Indonesia Nelangsa

Armada patih Gajah Mada menyisir negeri timur Indonesia. Demi sumpahnya yang terkenal dengan Tan Hamukti Palapa ia berani melecutkan cambuk intervensi wilayah untuk mempersatukan nusantara. Dalam janjinya dengan jelas ia berkata : "Gajah Mada sang Maha Patih tak akan menikmati palapa, berkata Gajah Mada "Selama aku belum menyatukan Nusantara, aku takkan menikmati palapa. Sebelum aku menaklukkan Pulau Gurun, Pulau Seram, Tanjungpura, Pulau Haru, Pulau Pahang, Dompo, Pulau Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, aku takkan mencicipi palapa."(Pararaton)

Hebat, lalu hubungannya dengan judul di atas? Coba pikirkan, Gajah Mada memakai apa menaklukkan nusantara?Perahu, jika nggak kenal perahu, sekarang "kapal" istilahnya.

Bercemin dari sepotong sejarah di atas kita dapat mengambil kesimpulan betapa majunya armada perkapalan Indonesia (katakanlah begitu meski saat itu adalah Majapahit). Hingga akhirnya mampu mempersatukan nusantara, bahkan tumasik (Singapura sekarang) mampu dikuasai Majapahit. Sangat jauh dengan cerita simpang siur yang kita dengar sekarang yang katanya perahu militer Indonesia tak mampu mengejar kapal nelayan asing. Mau dikemanakan muka kita?

Mengaku negara maritim berarti kita juga harus berani mengaku memiliki armada yang tangguh, bukankah demikian?Tapi sebaliknya, fenomena saat ini masih jauh dengan apa yang diharapkan.

Berfasilitaskan 240 perusahaan kapal, 160 building berth dan building dock, 210 floating dock ternyata belum mampu mengangkat kualitas industri kapal nasional. Terlepas ada apa di dalamnya tapi yang jelas ini memprihatinkan. Memang banyak aspek yang berpengaruh di dalamnya di samping fasilitas yang digunakan.

Sedikit, marilah kita menengok bagaimana sebuah galangan kapal Jepang yang bernama "Shabuzo" menjadi galangan terkemuka di Asia Pasifik.

Menurut cerita pak Fahmi Idris, Menteri Perindustrian Republik Indonesia, di Jepang terdapat sebuah industri galangan kapal yang menghasilkan kapal induk. Dan di kapal induk inilah biasanya kapal-kapal induk milik Amerika atau negara lain yang berlalu-lalang di Samudra Pasifik mengalami perbaikan. Jadi galangan kapal tersebut merupakan semacam bengkel kapal induk. Aktifitas terbesar dari galangan kapal itu adalah pemotongan dan pengelasan yang mana ribuan pekerjanya merupakan narapidana. Anehkan?Itu pun hampir semuanya adalah golongan tua. Kesimpulannya, Jepang saja dengan narapidananya mampu menguasai pasifik. Tapi, Bagaimana dengan Indonesia dengan SDM-nya yang katanya ke-5 terbesar di dunia?

Beda lagi apabila kita melanglang ke Cina. Saat ini dock kapal Cina telah penuh dengan pesanan hingga tahun 2015.Wow...! Dan satu galangan kapal di Cina mampu menghasilkan 150000 unit kapal dalam kurun enam bulan.

Contoh-contoh di atas belum termasuk negara Rusia, Jerman, dan lainnya. Di mana tempat Indonesia?Nun jauh di belakang.

Dan kembali ke industri kita, perkapalan Indonesia masih banyak terbelit masalah. Mulai dari keuangan yang masih bergantung perbankan, kebijakan pemerintah, perpajakan (PPN), komponen yang masih impor, hingga sewa tanah dan perairan. Sehingga tak heran jika produksi kapal kita juga jauh di bawah Cina, 76.375 unit/pertahun (ini khusus tahun 2006).

Tapi meski demikian, nampaknya perhatian pemerintah mulai tergugah. Penandatangan MoU antara Depperin dan ITS No: 319/M-IND/4/2006 dan No:2034/ITS/KS/IV/2006 pada tanggal 1 April 2006 telah menelurkan embrio NaSDEC yang diresmikan pada 24 April 2006. Paling tidak dengan adanya kesepakatan tersebut iklim industri perkapalan Indonesia akan bugar kembali. Saat ini, ITS sendiri tengah mengerjakan proyek tiga kapal tanker pesanan PT Pertamina. Semoga kelangsungan industri armada maritim Indonesia semakin berkembang, setidaknya mulai saat ini. Jangan biarkan industri kapal kita nelangsa.

By : Labib Fayumi
TIf-ITS

24.4.07

Glamour di tengah Keterpurukan

Luar biasa, satu lagi prestasi bidang Qurani diraih oleh qori'-qori'ah Indonesia. Meski hanya mengirimkan dua kontingen cabang MTQ (putra dan putri), dominasi Indonesia di kancah MTQ Internasional ternyata tak tergoyahkan. Ini dibuktikan dengan diraihnya gelar juara I baik putra dan putri oleh dua kontingen MTQ Indonesia dalam Musabaqah Tilawatil Quran Pemuda Asean 2007 Brunei Darussalam yang berlangsung 11-13 April lalu.

Dengan diraihnya dua gelar juara ini berarti semakin lengkaplah koleksi piala Indonesia setelah Agustus 2006 lalu qariah Indonesia juga menjadi juara tiga dalam MTQ tingkat dunia di Kuala Lumpur, Malaysia.

Ya, kita tentu berbangga dengan semakin banyak gelar yang di raih Indonesia dalam MTQ Internasional tentu membuktikan bahwa kemampuan "Indunisiyyin" akan 'ulumul quran memang tak diragukan. Namun bertolak dari sana dan melihat ke belakang, kenapa kemampuan tersebut semakin minim yang memilikinya? Apa kita hanya hendak beralasan, meski sedikit ahlinya toh kita tetap juara.

Lembaga Pengembangan Tilawatil Quran (LPTQ) boleh saja bangga, dengan perjuangan selama 30 tahun (LPTQ berdiri tahun 1977) akhirnya kita mampu memproduksi ahli-ahli Al-quran tingkat dunia. Lomba-lomba MTQ pun banyak digelar, sebut saja Pekan Tilawatil Qur’an RRI/TVRI, MTQ Mahasiswa Depdiknas, MTQ Perguruan Tinggi Agama Islam Departemen Agama, MTQ Wartawan Tingkat Nasional oleh PWI koordinatoriat Departemen Agama, dan MTQ Wartawan ASEAN PWI Jakarta, semuanya tak lain tak lepas dari jasa LPTQ.

Akan tetapi, cobalah lihat ke bawah seberapa parah model-model pembinaan kader MTQ kita. Nampaknya upaya pembudayaan qurani memang belum sukses sepenuhnya. Berdasar pengalaman saya, pembinaan saja baling banyak hanya dihadiri sepuluh orang. Apakah ini yang kita inginkan?Padahal pembinaan tersebut masih level gratisan (open source layaknya). Terkecuali untuk sekup-sekup seperti pondok pesantren yang memang gampang untuk mengkoordinirnya. Ataukah dengan iming-iming hadiah kita ingin menggalakkan proses pembudayaan tersebut? Dalam satu sisi mungkin dianggap baik, tapi kemurnian niat akan sangatlah diragukan. Sehingga tak heran bila ada beberapa ulama' Al-quran yang melarang santrinya untuk mengikuti MTQ (termasuk kyai saya dulu).

Dapat dimaklumi, di tengah gempuran modernisasi, perjuangan membudayakan iklim qurani masih "stagnant" paling tidak jika dilihat obyek target yang telah kita "kuasai". Namun dari segi kualitas fainsyaallah tidaklah diragukan, karena waktu 30 tahun bukanlah waktu yang sedikit untuk me-makan garam.

Harapannya, glamour yang telah diraih hendaknya tak menjadikan lupa akan nilai qurani itu sendiri dan tak menjadi penutup akan keterpurukan yang kita alami, seyogyanya menjadikan kita lebih membuka mata. Ingat masih banyak yang perlu diperbaiki.

Labib Fayumi
Ftif-ITS


Catatan Kaki :
- http://www.nu.or.id/page.php?lang=id&menu=news_view&news_id=8996
- http://www.depag.go.id/index.php?menu=news&opt=detail&id=797

23.4.07

Ku dan ku (Puisi)








kala Ku
masuk menusuk kalbu
ruh jiwa terjun hina
manusia terperangah
pongah dengan polah
tingkah, jua bak diraja
rasa dia
hormat diri membumbung tinggi
tak peduli lagi
bayang keruh cermin diri

musyrik sirri...
musyrik sirri...
musyrik sirri...
dia telah mengkudeta
selendang Ilah di aku-nya
dengannya pula
ia membabi buta
na'udzubillah...
lahaula illa billah
la quwwata illa billah

Tapi di seberang sana
lihatlah
sebuah kilau cahaya
bukan fatamorgana
kalbu-kalbu bermanik ku
tak kenal Ku
ruh jiwa khudlu' khusyu'
tunduk bertawadlu'
ku berjasa
ku merana
ku bekerja
ku berkuasa
sama saja
hanya tunggal milik mereka
"kugapai ridlo-Nya"

By: Labib Fayumi
Tif-ITS

Semut Kecil (Puisi)









Beriring damai tak peduli
asyik bermesra tak terdengar canda
Kala bertemu pun bak menepuk bahu
hendak bertanya kah?
entahlah....

dalam keteraturan tanpa komandan
semut kecil tersisir rapi
dalam hitungan tanpa berbilang
semut kecil sua menyapa
bukankah istimewa?
dan kita?

aduhai...
terenyuh keluh juga tiada
semua buat ratu mulia
ikhlas terias bias
kaya diri amal tak bergaji
sungguh pesona mutiara mulia
andaikan...
dan andaikan...
kita serupa...
bukan demikian?

By: Labib Fayumi
21 April 2007

-ketika bosan menunggu kereta-

20.4.07

Kelas A (Puisi)

AC dingin ditambah putaran kipas angin
suara gaduh riuh
jadi satu
bak bahan-bahan kolak
siswanya 'dah tak peduli lagi
kalau pun ada
dapat dieja jari
slide di depan jadi tontonan
bukan, tepatnya pajangan

aku mengelus jidat
pusing, pening rasanya
aku mengelus jidat
mencari suara lamat-lamat
di antara riak suara berserak
siswanya 'dah tak peduli lagi
anganku heran, bagaimana bisa?
nama maha di muka mereka

streaming sibuk mengatur jalur
lintas suara masih serak tersedak
menambah hiasan bosan perasaan
penaku bisu membeku
apa kerjaku ...?
mungkin ia cakap begitu

"Apa kalian ....."
suara tenggelam
"satu kosong dua"
sekali terdengar lagi
"kalian ada pertanyaan?"
ku pandang wajah-wajah diam
" .... sekian"
hanya potongan
tapi
hiruk sorak kembali meledak
mereka menyebar, keluar
bubar


By : Labib Fayumi
28 Maret 2007

19.4.07

Risalatul Mahidl, Ilmu yang Terlantarkan dari Kaum Hawa

Satu lagi edisi kelam mulai menyelimuti sejarah peradaban kaum hawa. Sebuah cabang ilmu yang sangat erat kaitannya dengan kodrat wanita mulai ditinggalkan. Risalatul Mahidl, sebuah ilmu yang khusus membahas masalah kesucian dari adat kewanitaan yang wajib untuk dipelajari telah ditelantarkan. Apakah ini merupakan salah satu tanda semakin dekatnya hari kiamat? Lalu dimanakah letak ketinggian martabat kaum hawa yang sering didengungkan kaum emansipanis jika mereka melupakan suatu hal yang sangat erat dengan kehormatan dirinya? Innalillahiwainnailaihi rooji'uun.

Sebagaimana dimaklumi ada tiga darah yang seringkali 'ditemui' oleh para wanita. Dua diantaranya telah diketahui secara pasti (tak perlu disebutkan) dan yang satu adalah istikhadloh. Namun dikarenakan ilmu "kaifayatul haidl" yang kurang, maka setiap darah yang keluar pun dianggap sebagai haidl. Awal sebuah bencana. Mengapa saya katakan demikian? Karena mereka tak tahu mana seharusnya sholat yang harus dilakukan secara ada', qodlo', dan mana yang boleh digugurkan. Sangat urgent, karena hal ini berkenaan halal haramnya meninggalkan dan melakukan shalat.

"Perkara qodlo' atau meninggalkan sholat ketika selesai haidl atau nifas masih banyak dilakukan oleh wanita. .... Agar lebih jelas mana sholat yang wajib dikerjakan sehubungan dengan habisnya haidl atau nifas, lihat bab zawalul mani' (hilangnya pencegah sholat"(Kitab I'anatuth Tholibin juz 1 hal 72).

Dan melihat fenomena yang seringkali ditemui, dapat dipastikan sangat banyak akhwat, atau bahkan ummahat yang masih buta akan masalah ini. Bahkan di kampus tercinta ini, tanpa kuisioner pun saya yakin bahwa 90% ke atas kaum hawa tak sepenuhnya menguasai ilmu yang penuh hitungan matematis ini. Sekali lagi ingatlah wahai kaum hawa, hukum belajar bidang ilmu ini adalah wajib.

"Kaum wanita wajib belajar tentang hukum-hukum haidl, nifas, dan istikhadloh yang dibutuhkan. Jika telah bersuami, dan suaminya mengerti hukum-hukum yang dibutuhkan tersebut maka suaminya wajib untuk mengajarinya. Adapun jika suaminya juga tak mengerti, maka perempuan tersebut wajib pergi kepada orang alim untuk belajar, dan suaminya haram mencegahnya, kecuali suaminya yang belajar dan diajarkan kepada istrinya. Karena Wanita yang telah mempunyai suami tak boleh keluar menuju majlis dzikir atau belajar kebaikan kecuali diridloi oleh suaminya."(Kitab Asy Syarwani juz 1 hal 414).

Tapi sekarang, lihat saja siapa di antara mereka atau bahkan kita yang tahu apa itu istihadloh, bagaimana itu darah qowi, darah dlo'if, mubatada' mumayyizah, ghoiru mumayyizah, dan sebagainya? Angkat tangan kalian, adakah?

Ikhwah fillah, teman-teman, ibu-ibu, yang patut direnungkan jika kita pada hal-hal yang menyangkut fardlu 'ain saja menelantarkan mengapa kita mengejar-ngejar yang sunnah dan mubah. Sungguh meyedihkan bukan bila sholat kita ditampik dihadapan Allah SWT. Boro-boro sudah dihadapkan, jangan-jangan tak tersentuh sedikit pun oleh para malakut pembawa amalan.

"Apa gunanya manusia mencari ilmu yang bermacam-macam seperti itu apabila ia lupa akan jati dirinya?" Imam Al-Ghozali

Labib Fayumi
Tif-ITS

17.4.07

Rapi Dhoho Penuh Sesak (Puisi)










wajah-wajah berkerut memelas
jidat berkeringat menahan panas
orang di sana
orang di sini
mata menyipit menahan sakit
terhimpit ...
hai pak, hati-hati ...
bukan saja sampai di sini
sumpah serapah pun seperti tak henti

nasi ayam, koran usang, krupuk udang
ke sana ... ke mari ...
penjaja barang seakan tak peduli
juga tidaklah jarang
kaki beradu kaki
sumpah serapah pun seperti tak henti

aduh kawan
ternyata tak hanya segini
antara tua muda
laki, bini, laki, dan wanita
sunggguh kasihan
rasa sopan serasa hilang
ingin diri nyaman sendiri

yah beginilah
nasib jelata dalam belanga
tak mau pandang siapa
jika diri susah lain susah
siapa yang ingin makin payah?
meski peduli pun ikut musnah
buktinya ada di sana
di pojok kereta
pengemis tua tersedak serak
tiada mampu bergerak
menahan bau anyir ketiak
dalam gerbong rongsok Rapi Dhoho
yang penuh sesak

Labib Fayumi
TIf-ITS

16.4.07

Oh Ujian .... Selamat Datang, Selamat Belajar

Akhirnya kita kembali bertemu lagi dengan si dia. Memang telah menjadi kebiasaannya apabila tiap tengah semester atau akhir semester dia selalu bersilaturrahim dengan kita entah barang satu minggu atau bahkan dua minggu. Ya, dialah yang kehadirannya kadang menimbulkan banyak dilema si Ujian Tengah Semester dan Ujian Akhir Semester. Bagi insan akademis tentu kedua nama saudara kembar ini tentu sudah tak asing lagi. Dan saat ini pun di institut kita yang tercinta, ITS, mahasiswa tengah sibuk menyambutn kedatangannya, 16 April kedatangannya yang pertama untuk semester genap tahun ajaran 2007.

But, berbicara tentang UTS kali ini, isu yang penulis dengar ujian kita kali ini bersamaan dengan UAN. Jadi, sekalian saja di sini penulis turut mengucapkan Selamat Menempuh Ujian semoga sukses selalu menyertai kita. Bagi yang di universitas jangan kalah dengan "ade'-ade'" SMA yang berjuang mati-matian memperjuangkan nasibnya. Dan buat "ade'-ade'" yang sedang mengikuti UAN, jangan pesimis untuk tidak menang dari pertarungan. Jangan jadikan universitas tujuan kalian hanya sekedar menjadi impian yang terlewatkan.

Back to kita-kita yang "lagi" UTS, telah saya katakan sebelumnya bahwa adakalanya tamu yang tak diundang ini menjadi dilema. Ya, tengok saja sekitar kita, kampus kita, dan daerah tetangganya. Manakala UTS menjelang, suasana pun berubah menjadi agak sepi. Dapat dipastikan, banyak yang sibuk belajar. Nah dari sini, penulis dapat "wangsit", andaikan semangat belajar kita tiap hari seperti ketika hendak UTS, wah ITS pasti bakalan melesat bidang akademisnya. Lihatlah berapa lima puluh persen ke atas yang menerapkan SKS (Sistem Kebut Semalam), asyik mendalang suntuk bersama lembaran kertas yang biasanya teronggok di pojok meja?Andaikan SKS tersebut menjadi budaya harian, andaikan kampus kita selalu sepi karena mahasiswanya sibuk belajar ...Watch (pengecualian buat yang ini). Andaikan semangat belajar tersebut menjelma menjadi kekuatan di hari-hari kita, pionir terdepan teknologi nampaknya bukan lagi sekedar mimpi tapi suatu kepastian.

Tapi, memang bukan mahasiswa namanya jika tak ada seninya (kata siapa?). Mulai dari pergerakan, organisasi, turun ke jalan, praktikum dengan waktu yang menggebu, tekanan lulus tepat waktu, nilai ujian yang "jeblok", hingga karya-karya mutakhir bagi bangsa, semuanya mahsiswa yang menghiasi. Maklumlah kiranya apabila UTS kali ini pun menjadi momen beristirahat, kembali ke asal haqiqi semula sebagai mahasiswa untuk belajar, demi menjamu sang ujian yang telah datang. Ya ini memang kewajaran.


Ujian, apa pun embel-embelnya Tengah Semester, Akhir, Akhir Nasional atau lainnya memang patut dimuliakan mengingat kedatangannya hanya beberapa bulan sekali. So, jangan sampai "dapet" ejekannya hanya karena pelayanan kita yang kurang memuaskan. Pelayanan apa itu? Belajar Rajin, Menjawab Soal dengan Sungguhm "plus" alangkah baiknya jika tidak dihiasi dengan "Mbacem", "Nyontek", "Ngrepek" dan teman-temannya. Selamat Ujian dan Selamat Belajar. Semangaaaaaaaaaaaaaat ......!

Labib Fayumi
TIf-ITS

14.4.07

ITS, Menapak Babak Baru Bersama Rektor Baru

Tepat pada hari jumat (13/4) pukul 14.00 siang, Prof Ir Priyo Suprobo MS PhD diambil sumpahnya oleh Menteri Pendidikan Nasional untuk menduduki tampuk jabatan tertinggi sebagai rektor ITS. Suksesi kepemimpinan pun secara otomatis bepindah tangan, dari Pak Nuh (Prof Dr Ir Muhammad Nuh DEA) ke tangan Pak Probo. Satu lagi, sebuah sejarah kembali ternoktah dalam catatan perjalanan sang kampus perjuangan, ITS.

Pergantian pimpinan merupakan hal yang wajar dalam sebuah institusi keorganisasian. Malah, dari sanalah modal penentu bagaimana institusi tersebut terus berproses menuju kedewasaannya, hingga saatnya ia mencapai visi dan misi yang telah dicita-citakan.

Begitu pula dengan ITS, dengan telah disahkannya rektor baru maka sudah barang tentu kemajuan, kampus berkualitas, serta gelar pioneer teknologi terdepan semakin dekat diambang mata. Tidaklah mudah memang. Tapi paling tidak, semangat untuk melejit ke arah sana ter-upgrade dengan hadirnya sosok pemimpin baru di tengah-tengah kita. Ya, semoga era baru ini membawa semangat baru pula bagi kita, civitas akademika, untuk terus berkarya bagi bangsa.

Dukungan penuh serta sumbangsih dari segenap elemen kampus adalah faktor utama kesuksesan program ke depan. Terlepas dari bagaimana model 'pemerintahan' yang akan diterapkan oleh punggawa kampus, kita sebagai bagian kecil dari elemen tersebut hendaknya lebih berbenah diri, bersiap untuk mengawal serta menyukseskan kineja mereka. Ing Ngarso Sung Tulodho, Ing Madyo Mangun Karso, Tutwuri Handayani mungkin itulah 'unen-unen' yang tepat untuk menggambar wujud 'simbiosis' tersebut.

"....yang kukehendaki manusia Indonesia sekarang ini, hendaknya menjalankan perjuangan, bukan saja perjuangan melawan manusia, sebagai dalam integral revolution antara 1945 sampai 1950, ... Bukan pun hendaknya manusia yang bertempur melawan isme, isme yang jahat,... Tetapi, manusia Indonesia hendaknya menjadi manusia yang ... memberi bantuan sebanyak-banyaknya kepada manusia."

Cuplikan kalimat di atas merupakan potongan pidato presiden Soekarno ketika meresmikan Perguruan Teknik 10 Nopember Surabaya (nama ITS tempo dulu) pada tanggal 10 Nopember 1957. Hubungannya dengan rektor baru?

Tentu kita tidak ingin harapan yang telah terucap dari bapak presiden pertama Indonesia ini menjadi mutiara penghias yang menjadi potongan maze sejarah ITS. Betapa pun, perjuangan kita, apa pun itu, gerak langkah kita, kedipan mata kita, dan tarikan napas kita, semuanya menjadi penentu masa depan ITS serta masyarakat Indonesia di kemudian hari. Semoga para pemimpin kita khususnya rektor ITS yang baru diberi kekuatan oleh Yang Kuasa sehingga mampu membawa ITS menjadi kampus yang membawa kemashlahatan bagi umat sebagaimana yang diimpikan oleh Bung Karno. Amiiin. Vivat ITS ...!


Labib Fayumi
Teknik Informatika ITS

Dalam Sepiku (Puisi)









Mataku terpejam membayang
Silau akan nikmat keagungan-Mu
hatiku sujud diam membisu
menghadap 'tuk memohon ke hadlirat-Mu
aku tak berani ...
sungguh tak berani ...
tak berani mendongak sang mustaka
meski hanya 'tuk melirik saja
sungguh aku tak mampu

Selimut sunyi masih menemaniku
dalam gelapnya
aku henyak tercekat
tak terasa
dalam ketakutanku
dalam tundukku
dalam dzikir bisuku
mataku senggak terisak
meluapkan sesak yang mendesak
terengah aku bertanya
Ya Rabbu ...
di hadapan-Mu, siapakah aku?
bening socaku makin membludak
senggukku pun menggelegak
aku merasa hina
aku merasa nista
hina dina, nista nestapa

merana, merana ...
oh dunia, dunia
wahai malam yang kelam
wahai semua hewan melata
wahai para malakut
dengarkah kalian derau tangisku?
jawablah, jawablah
hatiku pilu
membeban bergunung-gunung penyesalan
dalam sepiku
ku seakan tertodong pedang
dalam sunyiku
ku merengek mohon ampunan
Rabbi.. ya rabbi ...
nur sucimu, nur ridlomu
kan selalu ku rindu
izinkanlah wadat hina ini
biarkanlah nafsu ini
berselendang mesra
berselempang suka
bercinta ...
dalam buaian rahmat-Mu

Labib Fayumi
Teknik Informatika ITS

13.4.07

Hidup adalah Pilihan, Spekulasi?

Seringkali ketika kita melihat kesempatan yang tampak menguntungkan bagi kita, maka kita akan segera mengambil kesempatan tersebut. Apapun itu bentuknya. Apalagi ketika status seseorang sedang dalam fase menuju klimaksnya. Tapi, dari sekian banyak "profit resource" yang ada apakah kita akan mengambil semuanya?Apakah pilihan kita betul-betul memberikan "profit"?Apa patokannya?

Dalam kenyataan yang ada, apa yang terlihat baik belum tentu memberikan kebaikan pula, setidaknya bagi sisi yang lain. Contoh kecil, seorang mahasiswa yang cenderung bernafsu ingin memiliki pengalaman sebanyak-banyaknya. Himpunan, LDK (Lembaga Dakwah Kampus) ia ikuti, belum lagi kegiatan yang bersifat privacy. Maka manakala ia menapak ke posisi yang semakin penting, peluang untuk berfokus pada satu habitat aksi akan semakin besar dan konflik pun akhirnya akan muncul.

Di sinilah dibutuhkan pentingnya sikap profesional dan kedewasaan kita. Mamang pada dasarnya, semua hal posistif memiliki kebaikan.Tapi apakah kita akan mempertaruhkan satu intan hanya untuk mengejar intan lain yang nampak lebih indah yang kita belum tentu mampu medapatkannya. Atau malah kita ingin memiliki semuanya. Optimis boleh, terlalu optimis pun akhirnya bisa masuk jurang.

Kita bisa saja menggunakan metode gambling untuk memecahkan soal tersebut, atau spekulasi pun juga boleh. Namun untuk diketahui, ini bukanlah pertaruhan biasa. Butuh straregi tempur sejak awal. Apa itu?Nah di sinilah pentingnya kartu The Map Of Life (peta hidup-red). Tapi bagaimana jika kita telah terjebak di tengah petempuran?Buat segera peta anda dan semuanya akan terpampang jelas, kira-kira tindakan seperti apa yang akan ambil.

Akhirnya, kita akan bernafas lega karena telah berjalan sesuai arah menuju target yang telah tertera di atas peta. Meski dengan mengobarkan perang internal sekalipun. Kita mungkin saja dituduh berkhianat, tak bertanggung jawab, tak memiliki komitmen, lari dari perang, or so on. But jika kita memberikan alasan secara baik-baik, toh akhirnya pasti akan dimaklumi. So, jangan terlalu rakus akan peran dan jika memang sudah kepalang, segela lakukan perbaikan. Remember our map of life.

Labib Fayumi
TIf-ITS

11.4.07

Genderang MTQ Mahasiswa Nasional X Bertalu

Sebentar lagi lantunan ayat-ayat suci Al-Quran akan menggema di rantah pagelaran MTQ Nasioanal ke-10 yang akan diselenggarakan di Kampus Universitas Sriwijaya 7-14 Juli mendatang. Persiapan-persiapan matang pun dilakukan oleh para calon kafilah, para duta kampus madani untuk menyambut acara akbar ini. Tak tanggung-tanggung mulai dari cabang yang paling mudah yakni tartilil quran hingga yang paling sulit sekalipun, Musabaqah Hifdzil Quran, semuanya akan memberikan suguhan istimewanya masing-masing. Dan nampaknya cabang Tilawatil Quran yang merupakan inti MTQ ini, juga tak akan ketinggalan menjadi sumber mata air lahirnya variasi-variasi taghonni dari qori-qori muda kita.

MTQ yang merupakan perhelatan besar bidang ulumul quran telah melahirkan bibit unggul serta qori kenamaan baik tingkat nasional maupun internasional. MTQ sendiri hingga saat ini telah memiliki oraganisasi struktural yang teratur. Sehingga tak heran jika kita pernah mendengar istilah LPTQ propinsi dan LPTQ daerah. Tak hanya itu, dengan semakin berkembangnya dan bertambahnya ahli qoriah, akhirnya muncul pula jamaah pecinta Al-Quran yang terkenal dengan namanya Jam'iyyatul Qurro' Wal Huffadz, sebuah lajnah di bawah naungan Nahdlotul Ulama yang menghimpun para ulama-ulama Al-Quran di Indonesia.

MTQ mahasiswa sendiri dapat dikatakan merupakan salah satu upaya untuk menanamkan kecintaan Al-Quran serta apa yang berhubungan dengannya di kalangan para akademisi. Meski dikemas dalam bentuk perlombaan, tak berarti niat utama dari MTQ ini adalah mendapatkan hadiah, pulang, dan memperoleh ketenaran. Akan tetapi pembudayaan nur Al-Quran di tengah-tengah masyarakat adalah prioritas utamanya.

Sebagaimana MTQ umum yang biasa diselenggarakan tiap tahunnya, pada MTQ mahasiswa kali ini ada beberapa cabang yang dilombakan. Yakni
1. Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ), seni baca Al-Quran dengan tujuh lagu pilihan. Biasanya minimal lima lagu wajib.
2. Musabaqah Hifdzil Quran (MHQ), ada beberapa cabang pula, seperti MHQ 5 juz tilawah, 10 juz, dan 30 juz. Namun untuk MTQ mahasiswa terdapat pula 1 juz tilawah.
3. Musabaqah Tartilil Quran, biasanya hanya untuk tingkat anak-anak pada MTQ umum.
4. Musabaqah Fahmil Quran, pemahaman kandungan Al-Quran, beregu (3 orang)
5. Musabaqah Syarhil Quran, keterampilan menyampaikan isi kandungan Al-Quran. Beregu, ada tiga orang tiap regunya. Satu sebagai penceramah, satu sebagai qori, dan satu orang lagi sebagai sari tilawahnya. Musabaqah yang satu ini lebih menonjolkan pada keserasian dalam membawakan kandungan AL-Quran oleh anggota regunya.
6. Musabaqah Khattil Quran, menulis indah ayat-ayat Al-Quran dengan khat-khat pilihan seperti Diwani, Diwani Jali, Riq'ah, Tsulus, Khoufi, dan lainnya.

MTQ mahasiswa merupakan ajang bertemunya para pecinta Al-Quran pilihan. Sungguh indah jika setiap saat, setiap sudut ruang, bahkan setiap langkah atau pun kedip mata kita, lantunan ayat suci senantiasa terdengar. Insya Allah rahmat Allah akan senantiasa tercurah bagi para muhibbul quran.

Dan dengan mengucap basmalah mari kita sambut Musabaqah Tilawatil Quran Mahasiswa Tingkat Nasional Ke-10 dengan rasa suka cita dan iringan doa semoga barakahnya turut menghias jiwa-jiwa para fata-fata di nusantara serta menjadikan turunnya Rahmat bagi bangsa tercinta ini, Indonesia. Baldatun Thoyyibatun Wa Rabbun Ghofuur. Amiiin.

Labib Fayumi
Teknik Informatika ITS

10.4.07

Shubuh (Puisi)








dingin, senyap menyergap
menyambut kejap mata kantukku
aku menggeliat malas
memeras erat bantal empukku
huaah ...
kuap datang
membuat awak malas tinggalkan buaian
tapi ...
ku akhirnya jadi berdiri
meski setengah mata memicing sunyi
tik ... tik... tik ... tik ...
terdengar rintik bersenandung riuh
menyapa kala saat shubuh
aduh ...
batinku kembali mengeluh
menyalahkan masa yang tiada rasa
menggoda insan tuk lelap terlena

tapi ...
ku akhirnya jadi menarik kaki
meski dengan sempoyongan memang
bertengadahkan bening air pancuran

Assholaatu khoirum minannauum
akhirnya senyumku pun terkulum
memenuhi panggilan dengan hati mafhum
walau tanpa pedang ...
walau tanpa tebasan ...
walau tanpa pasukan ...
aku baru saja berperang bukan?
dan ...
aku menang ..............!

By : Labib Fayumi Tif-ITS