22.2.08

Mbak-Mbak pun Harus Menyusup Lewat Jendela

Ba'da Isya, Selasa (19/02), sehabis jama'ah di Masjid Manarul Ilmi, aku berjalan menuju perpustakaan pusat ITS. Seperti biasa, malam ini aku menginap di lantai 6.

Saat menyusuri jalanan yang menuju ke sana kulihat beberapa mahasiswa sibuk bermesraan dengan laptopnya. Asyik sekali tampaknya mereka, nongkrong, sambil ngemil, klik-klik buka Yahoo!, Google, Friendster yah begitulah may be. Kalau nggak apalagi? Heee .... Setidaknya itulah site yang pasti nggak ketinggalan dibuka oleh kebanyakan mahasiswa sini, plus YM-an.

Kurogoh kantong jaketku untuk mengambil kunci pintu lantai bawah perpus, kunci bertali biruku. Dan sambil menimang-nimang kunci itu aku berjalan santai menuju pintu bagian multimedia.

Tapi, masih sekitar tiga meter dari pintu, aku mendadak berhenti. Melongo sejenak, kemudian menahan tawa. Kenapa coba? Ya, di sana kulihat seorang mbak-mbak yang lagi sibuk meloloskan dirinya keluar dari sempitnya jendela di samping pintu yang ku tuju. Aduuuuh, kasihan. Kaya' maling aja.

Dibantu seorang temannya yang sudah ada diluar, si dia nampak kerepotan. Dapat dibayangkan sulitnya, cewek menyusup jendela kaca kecil yang letaknya agak tinggi. Apalagi si dia juga pake kerudung. Wah, ck ck ck. Temannya yang di luar juga tampak kerepotan, karena harus menarik tubuhnya keluar, sambil menjaga agar auratnya nggak terbuka. Maklum, di jendela sesepit itu kalau cewek berkerudung menyusup pastilah ada kain yang kecantol tak karuan.

Aku yang melihat adegan itu hanya diam kebingungan, mau bagaimana coba? Hendak membantu, bantu apa? ngeluarin dia dari jendela? Gila, mereka yang di sana kan cewek. Mau membukakan pintu, tubuh yang nyungsup keluar udah hampir separuhnya. Yah, aku akhirnya tetap diam saja sambil melihat sekeliling. Untung saja keadaan sekitar terlihat sepi. Ruang sebelah pintu memang banyak orang tapi mereka sepertinya tak menyadari ada adegan aneh di sana, sibuk dengan laptopnya masing-masing.

Setelah si mbak berhasil keluar, aku pun berjalan menuju pintu. Ia terduduk malu, dengan kepala menunduk. Mungkin ia tahu kalau aku tadi menunggu. "Masya allah mbak, kenapa nggak menunggu orang datang saja? kan jam segini biasanya masih ada orang lantai 6 yang mau ke atas. Ini lho saya juga ada kunci," aku menyapa mereka. Mbak yang tadi berjibaku dengan sempitnya jendela menjawab dengan nada seperti orang merajuk, ia dipeluk temannya. "Huhuhuhu gimana lagi mas. Mungkin sudah nasib, kita sudah dua kali keluar kaya' maling seperti ini," ujarnya. Mendengarnya aku hanya terdiam.

"Ini saya kunci lagi atau tetap saya buka. Mau ke atas lagi kah?" lanjutku ketika aku sudah di balik pintu. "Di kunci saja. Sudah kapok aku mas naik lagi ke atas," jawab temannya yang satu lagi. "Ya sudah," batinku dan klik, pintu terkunci. Tanpa pamit pada mereka, sambil setengah berlari aku menyusuri tangga menuju ke lantai 6, tersenyum, teringat kejadian lucu barusan.

By Abd. Dzakiy

1 comment:

Anonymous said...

hmmmm....
mbak2-ny lagi ngapain itu?
apa terkunci di dalam perpust.?