9.8.07

Beberapa Album Foto di MTQ (Edisi Special MTQ Mahasiswa X, Habis)








Ternyata Masih Belum Saatnya (Edisi Special MTQ Mahasiswa X)



Terpukul dan kecewa, itulah yang kami rasakan setelah mengetahui bahwa kami masih belum mampu memberikan gelar juara MTQ bagi ITS. Semua apa yang telah kami persiapkan dan usahakan rasanya sia-sia, menguap entah kemana. Betapa tidak? Kami berangkat menuju palagan perlombaan dengan penuh keyakinan bahwa setidaknya dua gelar dapat kami raih. Tapi, ternyata kenyataan masih berkata lain. Pasrah, ya itulah apa yang kami bisa untuk saat ini.

Memang, penampilan ITS pada MTQ kali ini mengalami peningkatan dari pada tahun-tahun sebelumnya. Tapi apa hendak dikata, meski dinyatakan siap, ternyata rival ITS lebih siap dari yang diduga. Dapat dilihat perbandingannya, kontingen MTQ ITS persiapan maksimal hanya satu bulan, sedang perguruan tinggi lain melakukan persiapan ternyata satu tahun, jauh sebelum MTQ digelar.

Dari sisi ini pantaslah jika kita mengalami kekalahan. Belum lagi jumlah peserta MTQ yang dari tahun ke tahun meningkat drastis. Tercatat pada MTQ UNSRI tahun ini ada 107 perguruan tinggi yang berpartisipasi dengan total jumlah 800 peserta.

Meski demikian kans ITS untuk menang masih sangat terbuka lebar untuk tahun-tahun selanjutnya asalkan kurva peningkatan mutu kontingen yang dikirim tetap terjaga. Ya, kami yakin sepenuhnya jika suatu saat ITS pasti mampu menjuarai ajang bergengsi bidang religi ini.

Ada satu pernyataan rekan seperjuangan di UNSRI yang menarik perhatian saya dan tentu patut direnungkan kiranya."Betapa hebatnya ya andaikan ITS bisa menjuarai MTQ, syukur-syukur kalau juara umum. Bukankan itu membuktikan bahwa keseimbangan antara IPTEK dan IMTAQ benar-benar ada di ITS?" Begitulah kata teman saya.

Sebuah harapan yang terkesan polos dan sederhana. Namun, bagi saya perkataan tersebut memiliki arti yang sangat mendalam. Dapat dibayangkan, seperti apa hegemoni ITS di mata perguruan tinggi di Indonesia (baik IAIN, PTN, dan PTS) andaikan mampu menggabungkan dua faktor di atas. Kampus teknologi yang Qurani. Luar biasa bukan?

Itu semua bukan mimpi, sekali lagi bukan mimpi. Entah kapan dan siapa yang akan mampu menorehkannya, tergantung bagaimana regenerasi pengembangan generasi qurani di ITS sendiri.

Dan kiranya untuk itu apa yang telah dinyatakan Pembantu Rektor III ITS patut juga diperhatikan. Bahwasanya perlu dibentuk lembaga khusus yang secara independent melakukan pembinaan yang mengarah ke sana (semacam Lembaga Pengembangan Tilawatil Quran (LPTQ)).

Sebagai referensi, Universitas Jambi yang merupakan juara umum MTQ tahun ini berani melakukan banyak pengorbanan untuk menang. Pelatih khusus bidang tilawah didatangkan dari luar. Dan tak tanggung-tanggung, ketika MTQ berlagsung pun sang pelatih tetap mendampingi mereka.Tak heran jika qori'-qori'ah mereka (putra-putri) lolos sebagai juara.

Intinya, bercermin dari sang juara, ITS juga harus mengeluarkan banyak pengorbanan jika ingin merebut tahta MTQ, baik tenaga dan biaya. Apalagi mengingat pembinaan pada bidang-bidang tersebut dapat dikatakan masih sangat minim di ITS.

Menjadi suatu hal yang mengharukan manakala rekan-rekan dengan penuh semangat mendorong official kami, kebetulan ia juga adalah dosen agama Islam, untuk segera merealisasikan apa yang telah diutarakan PR III ITS. Bahkan, mereka mengungkapkan untuk siap membantu.

Sebuah tekad yang bulat, itulah apa yang saya tangkap dari kata-kata mereka yang begitu bersemangat. Tentu, sebagai salah satu kontingen yang mencicipi pahitnya gagal di MTQ, kami sepatutnya untuk tak berdiam diri. Setidaknya ada usaha "balas dendam", terlebih sangat bersyukur sekali jika kami sendiri yang membalas "dendam" tersebut.

Mungkin bagi kami, satu-satunya kesempatan adalah tahun 2009 nanti itupun jika masih ada kesempatan. Karena memang rata-rata kontingen MTQ X ITS berasal dari angkatan 2005, kecuali khusus untuk cabang tilawah yang diwakili akhwat 2006.

Tapi, walau memiliki kesempatan yang minim bukan berarti kita tak mempersiapkan diri. Zaenal Arifin (Cabang MKhQ), Biologi 2005, malah berkata pada official,"Pak, kalau tahun 2009 nanti saya masih diperkenankan ikut, Insya Allah saya bisa menang." Arifin yang mengakui bahwa cabang kaligrafi MTQ X memiliki mutu jauh lebih bagus dibandingkan MTQ IX (di Pontianak) nampaknya tak ingin kecolongan kedua kalinya. Padahal mengacu pada hasil kaligrafi MTQ Pontianak, Arifin optimis lolos. Tapi ternyata tidak demikian ketika di UNSRI, lawan-lawan baru yang tangguh banyak bermunculan.

Bagi saya pribadi, kekalahan di UNSRI memang cukup menyakitkan. Maklum, MTQ X UNSRI dapat dikatakan merupakan kemunculan saya pertama sejak beberapa tahun (sekitar 2-3 tahun) vakum dalam kancah per-MTQ-an. Wajar jika saya sangat kecewa karena dalam penampilan perdana tak mengahasilkan apa-apa, ditambah lagi kekalahan yang tak lepas dari kondisi ruang lomba (suara saya anti ruang ber-AC).

Satu hal lagi yang membuat saya dan kawan-kawan kontingen MTQ tertekan, bahwa kami ke sana membawa amanat (baca : mewakili) 19000 civitas akademika ITS, begitu yang diungkapkan PR III ITS. Karenanya, dengan kegagalan ini kami khususnya saya sendiri merasa berdosa sebab belum mampu memberikan yang terbaik bagi civitas akademika.

Oleh karena itu, sekaligus menutup artikel ini, saya sebagai salah satu wakil dari kontingen Musabaqah Tilawatil Quran atas nama rekan-rekan kontingen MTQ Mahasiswa Nasional X memohon maaf karena belum mampu mengemban amanat. Insya Allah di lain kesempatan, ITS (dengan segenap dukungan civitas akademika tentunya) akan mampu mengibarkan benderanya di panggung kemenangan MTQ Mahasiswa Nasional. Pasti ...! AAAmiin ...!

"Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan."" At-Taubah, 105

By : Labib Fayumi
FTIf-ITS

8.8.07

Masjid Agung Palembang (Edisi Special MTQ Mahasiswa X)


Masjid Agung Palembang didirikan oleh Sultan Mahmud Badaruddin I (Jayo Wikramo) pada tanggal 1 Jumadil Akhir 1151 H (1738 M) dan baru dapat diresmikan pada tanggal 28 Jumadil Awal 1161 H atau 26 Mei 1748 akibat sulitnya mendapatkan material bangunan.

Bangunan ini terletak di belakang Benteng Kuto Besak (BKB) dan dulunya di kelilingi oleh sungai Musi, Sekanak, Tengkuruk, dan sungai Kapuran.

Bangunan masjid pertama kali berukuran 30x36 meter. Keempat sisi bangunan ini terdapat empat penampilan yang berfungsi sebagai pintu masuk, kecuali di bagian barat yang merupakan mihrab. Masjid ini merupakan salah satu peninggalan Kesultanan Palembang Darussalam.

*disadur dari Al-Akhbar, Jurnal MTQ Mahasiswa Nasional X

Qiroah Indah Al-Handawi (Edisi Special MTQ Mahasiswa X)


Suaranya begitu merdu, mendayu melantunkan setiap huruf Al-Quran membuat hadirin yang mendengarnya terlena dalam buaian indahnya ayat yang dibacakannya. Dalam fasihnya, sang qori' seakan mengajak para hadirin untuk berdzikir memuji keagungan-Nya.

Dialah qori' Mesir Hajjaj Ramadlan Al-Handawi. Beliau hadir secara khusus di tengah perhelatan MTQ Mahasiswa Nasional X dan pelantikan pengurus cabang Jam'iyyatul Qurra' Wal Huffadz Palembang dalam rangka persiapan MTQ Pondok Pesantren se-Indonesia.

Bertempat di Masjid Agung Palembang para kontingen MTQ Mahasiswa diberi kesempatan untuk mendengar suara emasnya yang dikemas dalam sesi acara Haflah Akbar tersebut. Sehingga tak aneh bila malam itu , (1/8), suasana di Masjid Agung Sultan Badaruddin nampak sangat ramai. Apalagi dalam Haflah tersebut hadir pula qori'-qori' kelas internasional dari Indonesia. Para peserta MTQ pun tak menyia-nyiakan kesempatan tersebut, paling tidak sebagai wahana menambah pengetahuan fariasi naghom terbaru.

Diawali dengan penampilan tujuh qori' Indonesia, Haflah Akbar berlangsung seru. Tak jarang hadirin berseru bersama melafalkan lafdzul jalalah karena terpesona akan keindahan lantunan ayat Al-Quran. Di akhir, sebelum Al-Handawi tampil, penampilan qori' kita ditutup dengan trio tilawah yang dibawakan tiga qori'ah Indonesia.

Ketika Al-Handawi mulai membaca ta'awudz, hadirin langsung langsung terdiam. Terlena, ya benar-benar terlena. Hampir selama satu jam Al-Handawi membawakan qiroahnya, dan selama itu pula hadirin yang mendengarkan larut dalam kalam-kalam illahi. Waktu satu jam seakan tak terasa. Cucuran air mata hadirin yang mendengarkan qiroah beliau pun mengalir tak tertahankan. Ya, termasuk saya. Memang, ketika Al-Quran dibaca oleh ahlinya, terasa benar kedasyatan indah tiap lafal kalamnya.

Diceritakan, konon Al-Handawi telah hafal Al-Quran sejak usia 10 tahun. Empat tahun kemudian beliau mengkhatamkan ilmu Al-Quran dan beberapa tahun setelah itu Al-Handawi mejuarai Musabaqah Tilawatil Quran Internasional di Makkah. Umur Al-Handawi hingga saat ia beliau tampil di Masjid Agung Sultan Badaruddin adalah 29 tahun. Sangat muda jika dibandingkan gelarnya sebagai seorang Masyayyikh.

Sebelum tampil di Masjid Agung Palembang, Al-Handawi menempuh perjalanan Mesir-Indonesia selama 17 jam dengan rata-rata satu jamnya 700 kilometer. Dan begitu sampai di Palembang, tanpa istirahat terlebih dulu beliau langsung membawakan tilawah selama satu jam. Jadi dapat dikatakan, suara Al-Handawi yang sempat membuat hadirin menangis adalah suara sisa perjalanan 17 jam. Seperti apa suara beliau jika tak terpengaruh lelahnya perjalanan? Subhanallaah.

By : Labib Fayumi

FTIf-ITS

7.8.07

Repotnya Nahawand ... (Edisi Special MTQ Mahasiswa X)



Senin siang,(30/7), usai sholat dzuhur dan keliling bazar ukhti Rossa mendapat jadwal untuk mengambil maqro' yang harus dibacanya besok pada lomba Tilawatil Quran. Namun, terlambat ternyata ruang juri sudah tutup. Dan terpaksa harus balik ke ruang perlombaan tilawah untuk menemui jurinya. Lagi-lagi ternyata ada kendala, dan setelah beberapa saat "moncat-mancit" kesana-kemari akhirnya maqro' pun berhasil di dapat. Ukhti Rossa kebagian surat Annaml ayat 32.

Segera, setelah mendapat maqro' tersebut U' Rossa langsung kebingungan sendiri. Lho? Ternyata ia minta bantuan untuk "mendesain" lagunya sekaligus mengatur pemberhentian waqofnya agar tak salah dalam segi makna. Waktu itu kami masih di tempat lomba tilawah. Merasa tak tenang tenang dengan suasana akhirnya U' Rossa mengajak kembali ke penginapan agar lebih fokus.

Ba'da maghrib, dibantu oleh Pak Saiful (Official yang kebetulan juga mahir qiroah) akhirnya kita rame-rame mengarang lagu. Patokan awal, kita menargetkan minimal tiga lagu bisa masuk dalam rentang waktu sembilan menit, waktu standar untuk lomba tilawah.

Sukses, hingga ba'da isya' akhirnya kita berhasil mematangkan lagu bayyati mulai bayyati qoror hingga jawabul jawab. Hanya saja, ketika mendesain lagu kita seringkali kerepotan karena harus menyelaraskan suara agar sesuai dengan nada U' Rossa. Ditambah lagi ada beberapa fariasi lagu yang masih asing yang terpaksa memang harus diulang-diulang agar U' Rossa bisa menguasai.

Malam makin larut, Pak Saiful akhirnya minta diri untuk istirahat. Saya pun menyarankan aga' U' Rossa istirahat, tapi ia menolak karena masih merasa belum bisa, hampir nangis malah. Saya jadi kasihan sendiri. Terpaksa secara 'kilatan' saya memberikan rancangan lagu Hijazz hingga tingkat Hijazz kar kur. Tak ketinggalan pula sekalian lagu Nahawandnya. Alhamdulillah, dalam tempo tak terlalu lama ia bisa menguasainya, meski belum matang betul.

Keesokan paginya, "mruput" U' Rossa kembali berlatih. Sudah lumayan kami pikir. Tapi masalah baru muncul ketika menginjak lagu Nahawand, ternyata ketika nada U' Rossa diturunkan, suaranya malah tak terdengar sama sekali. Dari pada pusing-pusing akhirnya kita memutuskan untuk sementara lagu tersebut dilewati dan dilanjutkan dengan fariasi syika. Dan berhasil, tinggal menutup dengan bayyati penutup.

Sekitar pukul 05.45 pagi, U' Rossa dan Arifin saya ajak jalan-jalan pagi. Di sepanjang jalan U' Rossa tetap memegang mushafnya untuk mengulang-ulang fariasi lagu Nahawand.

Waktu perjuangan yang sesungguhnya pun tiba. Selasa siang kami rame-rame mengantarkan U' Rossa. Giliran terakhir ternyata.

Lomba Tilawah masih break. Usai makan pempek menu break perutku langsung mules. Entah kebetulan atau bagaimana usai dari kamar kecil dan kembali ke arena lomba Tilawah ternyata U' Rossa sudah selesai tampil. Kata rekan-rekan penampilan wakil tilawah kita sangat bagus, meski ada sedikit kekurangan. Saya sendiri jadi penasaran dan menyesal, kenapa tampilnya harus bebarengan ketika saya ke belakang ya?!!


By : Labib Fayumi
FTIf-ITS

Songket Palembang (Edisi Special MTQ Mahasiswa X)



Songket merupakan kain tenun khas Palembang. Sepintas kain tenun khas Palembang ini punya kemiripan dengan songket sejenis, namun bedanya justru terletak pada penggunaan benang emasnya.

Nama-nama songket Palembang pun terdengar eksentrik semisal Mawar Jepang, cantik Manis, Bintang Berantai, Nago Besaung, dan Bungo Cino.

Harga songket pun berfariasi, berkisar 700 ribu sampai dua juta rupiah. Yang paling mahal berkisar 10 juta - 50 juta yaitu songket benang emas jantung.

Tapi, jangan khawatir ada juga yang murah meriah tapi dalam bentuk cinderamata seperti dompet, sandal, dan gantungan kunci.

*disadur dari Al-Akhbar, Jurnal MTQ Mahasiswa Nasional X

6.8.07

Sempat Bingung Tentukan Kategori (Edisi Special MTQ Mahasiswa X)



Lumrahnya lomba Musabaqoh Khattil Quran (MKhQ) terdiri atas dua kategori yakni Dekorasi dan Mushaf, paling tidak itulah pembagiannya berdasarkan pengalaman Zaenal Arifin, wakil ITS dalam MKhQ di Palembang.

Namun, ketika tiba di Palembang pada Jumat sore (27/7) ada kabar bahwa tak ada kategori dalam MKhQ. Kontan saja khattat muda kita pun kebingungan. Setelah pengambilan maqro' dan tahu jika tak ada pembagian kategori Arifin pun memutuskan membuat kategori mushaf.

Tapi, lagi-lagi kabar burung kembali membuat Arifin kebingungan. Ketika panitia mengumumkan nomor undian peserta, diputuskan jika MKhQ terdiri atas dua kategori padahal saat itu maqro' telah ditentukan. Akhirnya dari pada berlama-berlama dalam kebingungan si Arifin memutuskan tetap pada kategori mushaf.

Puncaknya, menjelang acara pembukaan Arifin iseng-iseng ke salah satu tempat lomba MTQ yang ternyata adalah tempat cabang MKhQ juga. Setelah melihat bahwa papan yang terpasang adalah ukuran dekorasi, Arifin pun bingung kembali.

Akhirnya keesokan harinya pada Minggu sore (29/7), setelah semalaman mendesain dasar dan meng'oplos' warna cat, Arifin tetap pada keputusannya untuk membuat model mushaf.


By : Labib Fayumi
FTIf-ITS

Benteng Kuto Besak (Edisi Special MTQ Mahasiswa X)



Benteng Kuto Besak (BKB) adalah salah satu peninggalan Kesultanan Palembang Darussalam setelah Keraton Kuto Gawang, Keraton Beringin Janggut (dibangun Susuhunan Abdul Rahman), dan Keraton Kuto Batu / Kuto Lamo (di bangun oleh Sultan Mahmud Badaruddin I) di tepi sungai Tengkuruk (dekat kaki jembatan Ampera sekarang).

Akibat perlawanannya terhadap penjajah, nasib keraton-keraton Palembang sangat memprihatinkan. Kuto Gawang hancur akibat perang tahun 1695. Kuto Beringin Janggut hancur tanpa catatan yang jelas dan Kuto Lamo sengaja dibongkar Belanda pada 1825 dan bahannya untuk membangun rumah komisaris Belanda, J. Sevenhoven (sekarang museum Sultan Mahmud Badaruddin di samping BKB).

BKB sendiri didirikan tahun 1780 oleh Sultan Muhammad Bahauddin, cucu Sultan Mahmud Badaruddin I (Jayo Wikramo) dan selesai tahun 1797. BKB tak hanya berfungsi sebagai benteng tapi juga sebagai keraton.

Sebagai objek wisata budaya, BKB sekarang tentu tak seperti pada masa kesultanan karena telah diporak-porandakan untuk kepentingan militer Belanda.

BKB yang dimiliki masyarakat Palembang sekarang hanya sebatas dindingnya saja, karena masih perlu perjuangan panjang untuk mengembalikannya sebagaimana fungsinya dalam tataran budaya sebagai benteng sekaligus keraton kesultanan.


*disadur dari Al-Akhbar, Jurnal MTQ Mahasiswa Nasional X

Kapal Selam Dimakan? (Edisi Special MTQ Mahasiswa X)



Jangan heran apabila mendengar bahwa di Palembang "Kapal Selam" biasa di makan. Tapi sayang kebiasaan itu tak bisa masuk rekor MURI. Lho, kok biasa dimakan?

Subhanaallah, yang dinamakan "Kapal Selam" itu ternyata varian jenis makanan khas Palembang, empek-empek yang berisi telur. Rasanya, maknyusss, begitu kata salah seorang rekan di MTQ. Apalagi kalau dicampur cuka (saus).

Kuliner khas ini dapat dijumpai di HORECA (Hotel, Restoran, Cafe) dan warung-warung makanan seantero Palembang. Nah tinggal pilih mana selera kita, yang pas di kantong atau pas di lidah, semuanya ada.


*di sadur dari Al-Akhbar Jurnal MTQ Nasional Mahasiswa X

Serunya Cabang Fahmil Quran (Edisi Special MTQ Mahasiswa X)



Dari sekian banyak cabang lomba yang di ikuti ITS di antaranya adalah Musabaqoh Fahmil Quran (MFQ). Keikutsertaan ITS dalam cabang lomba ini pun tergolong mendadak karena baru diputuskan setelah khafilah tiba di Palembang. Satu alasan mengapa ITS memutuskan untuk ikut cabang lomba yang awalnya tak ditargetkan ini mungkin hanyalah beralasan sebagai pemerataan saja. Namun tak dinyana, siapa sangka ternyata tim ITS ternyata mampu tampil lebih dari yang duga?

Mengkombinasikan peserta dari Tartilul Quran (Labib Fayumi), Tilawah (Rossa R. Fitriyah), dan LKTIA (Bagus A.) tim ITS ternyata mampu memberikan perlawanan sengit meski pada akhirnya ditaklukkan tim Universitas Andalas dengan skor tipis (Akhirnya Andalas melaju hingga menjadi juara).

Tampil pada putaran ke-15 pada Minggu,(29/7), tim ITS bertarung melawan salah satu universitas di Yogyakarta (namanya saya lupa) dan Universitas Andalas. Sejak awal penampilannya, Andalas yang berkedudukan sebagai regu A tampil menggebrak dengan mampu menjawab 11 pertanyaan yang menjadi jatahnya. Begitu juga dengan regu B yang berasal dari Yogya, mereka juga mampu menjawab hampir keseluruhannya dengan baik meski ada sedikit kekurangan sehingga dilempar dan direbut oleh regu A. Keadaan ini sempat membuat tim ITS ketar-ketir, maklum kita memang tanpa persiapan.

Menjelang giliran ITS sebagai regu C untuk menjawab pertanyaan, sang juru bicara (Labib Fayumi, Red) bersama dua anggota regunya menfokuskan perhatian (soal-soal memang mengandung ayat-ayat Al-Quran yang panjang) agar pertanyaan kita terjawab dan tak dilempar ke regu lainnya.

Alhasil, ternyata ITS mampu menjawab sebelas pertanyaan yang dilontarkan oleh dewan hakim meski ada beberapa kekurangan di antaranya. Kondisi ini cukup menjadi trigger bagi tim kita bahwa mereka punya peluang.

Menjelang babak rebutan, kembali Andalas menunjukkan dominasinya. Tapi bukan ITS jika kita tak tampil tanpa kenekatan. Dan sukses, kita berhasil merebut setidaknya empat dari 11 pertanyaan rebutan meski ada beberapa di antaranya salah dan mengakibatkan pengurangan nilai. Mayoritas kesalahan yang dialami tim kita adalah pada bidang seni baca Al-Quran. Banyaknya fariasi tujuh lagu Al-Quran membuat tim kita sering terkecoh, seperti ketika ada sebuah lagu yang seakan-akan angkatannya Hijaz ternyata setelah ditebak ternyata bukan Hijaz.

Hingga pertandingan berakhir, tim ITS tetap tak mampu mengungguli tim Andalas yang tampil agresif. Pertandingan pun berakhir dengan ITS menduduki posisi kedua setelah Andalas, di susul oleh regu B. Rentang skor hasil pertandingan juga tergolong sangat ketat karena hanya terpaut antara 1-2 pertanyaan.

Untuk diketahui, cabang MFQ merupakan cerdas cermat bidang Al-Quran. Materi yang diujikan meliputi beberapa disiplin ilmu di antaranya tafsir, tajwid, sejarah Islam, 'ulumul quran, bahasa arab, dan bahasa Inggris.



By : Labib Fayumi
FTIf-ITS


Beberapa pertanyaan yang diajukan :1. Kelahiran nabi berdasar kalender Miladiyah?2. Alasan Qur'an Ustmani diberikan kepada Hafshah binti Umar?3. Sebutkan mad far'i yang panjangnya menyerupai mad thobi'i?4. Menebak lagu Rost (untuk pertanyaan jatah kita mampu menjawab)5. Yang memerintahkan thoriq bin ziyad menyerbu spanyol?
dll


Senandung Al-Quran Menggema di Bumi Sriwijaya (Edisi Special MTQ Mahasiswa X)



Selama satu Minggu di mulai tanggal 29 Juli hingga 2 Agustus gema suara indah Al-Quran menggema di seantero Palembang. Ada apa gerangan? Ya, apalagi kalau bukan karena di sana tengah dilangsungkan perhelatan akbar Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) Mahasiswa Nasional X. Setelah tahun lalu MTQ Mahasiswa di gelar di Pontianak, tahun ini ganti Universitas Sriwijaya (UNSRI) Palembang, Sumatera Selatan yang didaulat sebagai tuan rumahnya.

Diikuti oleh wakil dari 107 perguruan tinggi baik negeri dan swasta se-Indonesia dan sekitar 800 peserta dari pelbagai cabang lomba menjadikan MTQ Mahasiswa Nasioanal X ini merupakan yang terbesar dibandingkan pelaksanaan MTQ tahun-tahun sebelumnya.

Rektor UNSRI, Prof Dr H Zainal Ridho Djafar, dalam sambutannya ketika acara pembukaan mengharapkan agar pelaksanaan MTQ Mahasiswa ini bisa menjadi sarana untuk meningkatkan ukhuwah islamiyah di antara semua insan kampus seluruh Indonesia, khususnya mahasiswa kontingen dari berbagai kampus yang saat itu hadir."Di sisi lain MTQ ini akan menjadi pencerahan hidup kita untuk menjadikan Al-Quran bukan hanya sebagai bacaan yang indah untuk dilantunkan tapi juga sebagai landasan hidup yang kokoh guna diterapkan dalam semua aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara," ujarnya.

Dalam upacara pembukaan tersebut Menteri Pendidikan Nasional yang dijadwalkan hadir tak bisa mengikuti acara pembukaan dan diwakili oleh salah seorang staff ahlinya. Selain itu hadir pula keluarga kesultanan Palembang, yaitu Sultan Iskandar Mahmud Badaruddin didampingi permaisurinya.

ITS sendiri dalam MTQ Mahasiswa Nasional X ini hanya mengirimkan lima orang kontingennya dengan total cabang yang diikuti enam dari tujuh cabang yang ada. Yakni, Tilawatil Quran, Tartilul Quran, Fahmil Quran, Hifdzil Quran, Khattil Quran, dan Lomba Karya Tulis Islam Al-Quran. Satu cabang yang tak diikuti adalah Syarhil Quran.

Berdasar agenda yang ada, selama enam hari, di UNSRI secara maraton akan dilangsungkan pelombaan cabang-cabang tersebut. Jadi tak aneh jika selama sepekan itu Palembang akan penuh dengan dengung lantunan ayat Al-Quran. Allahumma zayyinna bilquran, wa albisna bilquran, wa adkhilnal jannata ma'al quran. Amiiin.
Oleh : Labib Fayumi
FTif-ITS