31.10.08

Melagukan Al Quran



Membaca Al Quran dengan nuansa yang indah tentu dambaan setiap muslim. Namun, keindahan itu tentu tak akan sempurna (atau bahkan dosa) bila Al Quran sendiri dilantunkan tak sesuai dengan kaidah bacaannya (ilmu tajwid). Lagu (nagham) sebagai salah satu komponen penghias tilawatil quran pun demikian. Ia sangatlah erat kaitannya dengan ilmu dan adab membaca Al Quran yang disebut ilmu tajwid. Di sana sudah diatur bagaimana hukum panjang pendek dalam mushaf suci, bacaan ghunnah, ikhfa', idgham, makhraj, dan hukum-hukum lainnya. Al Quran dapat dibawakan dengan jahr (suara keras), sirr (lirih), atau di baca dalam hati.

Dalam Al Quran disebutkan bahwa membaca Al Quran haruslah dengan tartil. Pengertian bacaan yang mujawwad dan tartil saat melantunkan Al Quran di sini setidaknya mencakup enam unsur, yakni bagus bacaannya, bagus tajwidnya, bagus suaranya, bagus lagu dan variasinya, bagus pengaturan nafasnya, serta bagus mimik mukanya (sesuai dengan makna ayat yang dibaca). Lalu, tartil sendiri itu apa? Sayyidina 'Ali Karramallahu Wajhah menjelaskan sebagai berikut : Attartiilu huwa tajwiidul huruf wa ma'rifatul wuquf, "tartil adalah membaguskan huruf-huruf dan mengerti tentang berhentinya bacaan". Ada poin penting yang perlu digaris bawahi dari pengertian yang disampaikan oleh sayyidina 'Ali RA tersebut, "membaguskan huruf".Keindahan bacaan huruf Al Quran hendaknya dijaga bila tidak kemungkinan besar akan merusak makna ayat yang dibaca. Tersirat juga dalam "memperbagus huruf" ini hendaknya kita menjaga agar tak merusak makna Al Quran karena apa yang kita baca didengarkan oleh Allah dan orang-orang mukmin di sekitar kita. Dari sini akhirnya muncul unsur suara. Tak heran kemudian bila Rasulullah bersabda :

"Hiasilah Al Quran dengan suaramu karena suara yang merdu menambah keindahan Al Quran" (HR Ad Darimi)

Dari Al Barra' bin 'Azib RA, ia berkata : telah bersabda Rasulullah SAW :"Hiasilah Al Quran dengan suaramu" (HR Abu Dawud, An Nasa'i dan lain-lainnya)

Jelas sudah bahwa Al Quran dan Hadist sangat menganjurkan agar Al Quran dibawakan dengan bacaan yang bagus, bahkan dengan suara yang merdu karena dengan begitu akan menambah nilai keindahan Al Quran. Suara yang bagus sudah barang tentu tak akan lepas dengan irama yang indah. Anjuran nabi :

"Bukanlah termasuk golonganku barang siapa yang tak melagukan Al Quran.

"Bacalah Al Quran dengan luhun (lagu) dan bentuk suara Arab" (HR Imam Malik dala kitabnya Al Muwatttha' dan Imam Nasa'i dalam sunannya, dari Abu Hudzaifah)

Hal ini diperkuat dengan firman Allah :

"Dan apabila dibacakan Al Quran maka dengarkanlah (baik-baik) dan perhatikanlah (dengan tenang), agar kamu mendapat rahmat"

Dapatkah anda bayangkan? Apakah kita dapat mendengarkan dan menyimak Al Quran dengan nyaman bila bacaan orang yang kita dengarkan makhrajnya amburadul, tidak tartil sama sekali atau istilahnya "grothal-grathul", waqaf di sembarang tempat, nafas yang ngos-ngosan, nada yang tak beraturan, dan suara yang tak dibaguskan? Tentu itu tak cocok dengan keistemewaan Al Quran yang merupakan mukjizat nabi yang terbesar.

Orang yang beriman sangat gemar mendengarkan bacaan Al Quran, terpanggil jiwanya untuk memahaminya, dan mengkaji isi Al Quran. Hatinya akan luluh akan keindahan ayat-ayat Al Quran. Hati yang kasar akan menjadi halus, seperti halnya Sayyidina Umar RA saat beliau mendengarkan bacaan Al Quran Siti Fatimah (adik kandungnya). Allah SWT dalam firmannya menggambarkan :

"Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah mereka yang apabila disebut (nama) Allah, gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Nya, bertambahlah iman mereka karenanya dan kepada Tuhanlah mereka bertawakkal"

Dalam riwayat, banyak sekali diceritakan betapa besar pengaruh bacaan Al Quran pada masa Rasulullah terhadap hati orang-orang kafir. Tidak jarang hati kuffar yang pada mulanya keras dan marah kepada Muhammad SAW berbalik menjadi lunak dan bersedia mengikuti hidayah.

Imam Al-Karmany mengatakan bahwa membaguskan suara dalam membaca Al Quran sunnah hukumnya, sepanjang tidak menyalahi kaidah-kaidah Tajwid. Selanjutnya, Imam ibnul Jazari juga menegaskan bahwa bacaan Al Quran yang dapat memukau pendengarnya dan dapat melunakkan hati adalah bacaan Al Quran yang baik, bertajwid, dan berirama merdu. Tapi, meski gaya lagunya merdu tapi tak memperhatikan Ahkamul huruf, Makharijul huruf, dan Shifatul hurufnya maka hukumnya haram.

Dalam satu hadist yang diriwayatkan oleh Imam Thabrani dan Imam Baihaqi dinyatakan :
"Bacalah Al Quran dengan lahan Arab (cara membaca yang baik dari pada orang Arab) dan cara-cara mereka adlam menyuarakannya. Jauhilah gaya lagu golongan fasiq dan hati-hatilah dari gaya lagu ahli kitab (Yahudi dan Nashrani). Sesungguhnya nanti akan datang beberapa kaum yang mengulang-ulang bacaan Al Quran hanya karena lagu seperti yang telah dilakukan para rahib, seolah-olah mereka bukan membaca Al Quran, apa yang mereka baca tidak membekas pada diri mereka, pengagum-pengagum hanya diselimuti fitnah belaka".

Bunga Rampai Mutiara Al Quran
Pembinaan Qari Qari'ah dan Hafidz Hafidzah, Jam'iyyatul Qurra' Wal Huffadz
dengan modifikasi seperlunya


1 comment:

Anonymous said...

Salam ya muslim..

Benar, Bahasa Arab adalah bahasa syurga..

Ayat Al-Quran indah, dan bertambah molek dengan lagunya..

mari sama2 kita pelajarinya..saya ada sediakan ruang untuk belajar bertarannum, senang2 mampirlah ke sini..

>>Klik sini<<

wassalam..:)