26.11.07

Sang Sekretaris Pribadi



Sekretaris : boleh jadi mata antum menatap sinis dengan bibir tercibir mendengar satu kata ini. Stereotype terhadap profesi yang satu ini musykil dieliminir begitu saja. Perselingkuhan antaranya dengan atasan adalah bola gosip yang senantiasa dibidik oleh "kamera" para sineas film kacangan untuk menjadi basic cerita murah mereka, dengan posisi zoom in.

Betapa tidak, jika jabatan ini afinitas kerjanya sedemikian dekat dengan masalah "interior" atasan. Mulai dari membeli bunga kesukaan atasan, menyeduh kopi untuk atasan (meski sudah ada office boy), menyiapkan agenda penting, menyiapkan perjalanan dinas, hingga menemani dinner sang bos. Innalillahi, ini fitnatul kubro namanya!

Sederatan tugas sang sekretaris,boleh jadi memang pas digawangi oleh kaum hawa. Karena ia membutuhkan intuisi yang tajam, ketelatenan, kesabaran, keindahan, kelentikan, dan sedikit romantisme. Tak heran, jarang ditemui sekretaris bergender selain wanita.

Atau, karena kita tak bisa lepas dari dunia patriarkhal yang dideterminir oleh kaum laki-laki, sehingga dunia fight laki-laki yang keras, penuh tantangan, membutuhkan seteguk kelembutan yang implikasinya adalah menempatkan sesosok anggun sekretaris menghiasi desk office? Janganlah! Ini su'udzon-isme namanya.

Ambivalensi jabatan sekretaris, tidak syak lagi adanya. Ia dibutuhkan (dalih efisiensi kerja?), sekaligus dibenci (oleh istri atasan). Lantas, apakah ia harus dicabut dari garis edarnya? Saya kira, no need for that!

Bagaimana kalau saya menawarkan "the right woman in the right place" bagi kursi elegant kesekretarisan?

Istri : Sang Sekretaris Abadi
Istri : inilah, wanita yang tepat untuk posisi anggunh itu. Bisa jadi dia adalah anti sendiri, kaum akhwat. Ya, kenapa tidak? Bukankah pekerjaan memberi bungan, menyeduh kopi, menyiapkan agenda "pertemuan", mengatur perjalanan "jihad", menyiapkan baju zirah, adalah tugas anti sehari-hari.

Sekeretaris adalah nadi sebuah perusahaan, ditangannyalah rahasia perusahaan bergantung. Ya, karena posisinya yang sangat dekat dengan centre of power, menafikakan keberadaannya adalah lonceng kematian sebuah perusahaan.

Da'wah adalah perusahaan abadi, yang seumur peradaban. Dalam banyak hal, kita sering lupa sejarah. Pendekatan historis terhadap perjalanan sirah Nabawiyyah perlu kita bidik lebih akurat lagi, tepat dijantungnya, yakni rumah tangga Rasulullah SAW yang tak lepas dari campur tangan istri-istri beliau.

Pluralistik karakter yang disuguhkan oleh 12 istri Rasulullah SAW sangat memudahkan kita untuk bercermin dan memilih mana yang pas dengan karakter keseharian wanita, karena semuanya adalah wanita-wanita pilihan.

Perspektif Islam yang agung tentang wanita tidak ada yang luput dari sunnatullah yang ditetapkan atasnya.Karena wanita memiliki potensi khas yang tidak dimiliki laki-laki, untuk mengusung tugas abadinya sebagai seorang istri.

Intuisi yang tajam adalah salah satu unique software yang dikaruniakan Allah kepada wanita. Ini adalah sejanta para sekretaris untuk mendongkrak popularitasnya di mata atasan. Dan jika sekretaris itu adalah anti (ayyatuhal akhwat ...) sebagai istri, intuisi adalah virus semangat untuk meraih ridlo Allah dan suami.

Intuisi, (dari kata intueri: menembus terus atau langsung) ia adalah "la logique du couer" atau logika dari hati. ia memang tidak verifikatif, silogistis, induktif, deduktif, atau analogis, namun lebih instingtif dan aspiratif. Daya inilah yang menyebabkan Rasulullah SAW tidak bisa melupakan istrinya yang pertama, Khadijah RA yang agung.

Dengan bimbingan intuisinya, Khadijah RA menghibur Rasulullah yang ketakutan saat wahyu pertama turun. Dengan kelembutan, keibuan, dan kelentikan dibawanya Rasulullah menghadap sang paman, Waraqah bin Naufal.

Singkat kata, jika da'wah adalah mega perusahaan yang kelak akan kita wariskan pada anak cucu kita, maka sekarang hingga nanti dibutuhkan sekretaris da'wah yan tidak memuat piranti ambivalen. Karena ia tidak dibenci melainkan dicinta dan dihormati. Anti-kah bidadari itu?

Izzatul Jannah
Inthilaq, No.13/26 Agustus 1994

1 comment:

Anonymous said...

tuk jadi sekretaris pribadi yang berkualitas tentunya butuh ilmu apalagi ilmu agamanya kudu jempolan ^_^,,,,
sekretaris pribadi=istri,,,,klo bisa istri yang sholehah ya.....

semoga Nita juga termasuk salah satu bidadari itu,,,, Amiin ya Rabb....