30.4.07

Kanibalisme Kontemporer

Mendengar istilah perang, perang, perang, dan perang membuat hati saya miris. Tak dapat membayangkan, berapa liter darah jelata yang menjadi korban. Sungguh tragis. Mereka hanya meninggal sia-sia hanya karena sebuah ambisi buta. Ambisi untuk menjadi penguasa, ambisi dari segelintir umat yang mengaku berperadaban modern. Bukan, bukan peradaban, kadang hati saya berontak. Mereka adalah manusia-manusia KANIBAL.

Dengan dalih pembebasan, moncong senjata pun teracung, roket-roket dengan liar memanggang daging manusia. Pergi ke manakah nurani kita?. Heran. Seperti itukah manusia? Ketika ada sekelompok suku primitif yang memakan mayat kelompok mereka kita sebut mereka manusia kanibal. Dan ternyata bangsa kita, manusia yang mengaku modern, justru lebih bejat dari mereka. Lihat saja, bagaimana dalam perang dengan mudahnya daging-daging saudara sendiri, anak adam, mereka cincang. Membakar sate dengan metode baru, pembantaian perang. Begitukah? Na'udzubillah.

Sebuah media menyebutkan seorang perdana menteri mengaku menang perang melawan "ekstrimis" setelah melakukan pertempuran selama beberapa bulan, padahal dalam perang tersebut 1000 jiwa telah dikorbankan, bahkan dalam pertempuran terakhir ia telah menyebabkan tewasnya 300 penduduk sipil. Kemenangan yang mana yang ia maksudkan? Jumlah seribu manusia yang telah meninggal bukanlah seberapa baginya. Dari mana ia akan menebusnya kelak?

Sebagai gambaran berikut adalah data statistik korban masyarakat irak sejak invasi militer AS.

Total korban : 658.930
Pasukan asing : 3.468
Rata-rata setiap hari : 451 orang tewa
Rata-rata per jam : 18 orang tewas

Bandingkan dengan korban perang vietnam yang dikobarkan AS dengan jumlah 58.000 prajurit AS mati sia-sia, belum termasuk warga sipil.

Jelas sekali, dunia ini seakan telah berlaku hukum rimba. Parahnya, semuanya berlomba-lomba berebut untuk menjadi raja hutan. Masyarakat kecil? terhimpit, terhimpit, dan mati.

Peran Palang Merah Dunia dan Bulan Sabit Merah pun nampaknya hanya menjadi hiasan. Ya sekali lagi sekedar hiasan. Di mana ada perang, mereka pun diterjunkan. Hiasan. Saya malah ingin mengibaratkannya tahi sapi dengan hiasan coklat. Yah jadinya semuanya sama saja. Jasa baik si PMI dan BSM pun terkubur bersama kegelapan yang dinamakan perang.

Ya, Allah apakah bumi, langit, dan matahari tidak menangis mengiba-ngiba meminta agar kiamat segera diturunkan karena ulah mereka?


By: Labib Fayumi
Ftif-ITS

Catatan kaki :
- BBC, 26 April
- http://www.fajar.co.id/news.php?newsid=34117
- Wikipedia, perang irak

No comments: